Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Archives

Kamis, Agustus 20, 2009

Cahaya (Pemuda Seribu Bayangan)

"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS. An-Nur: 35).

"Pemuda Seribu Bayangan"
Saya terinspirasi judul blog ini dengan apa yang saya pelajari selama ini yaitu tentang pembiasan cahaya yang didalamnya menjelaskan bahwa cahaya memiliki banyak keunikan seperti dapat dipantulkan dan dibiaskan.

Pada saat kita sedang melihat kolam renang, kita akan bertanya-tanya kenapa dasar kolam yang berisi air terlihat lebih dangkal pada saat siang hari, peristiwa tersebut sangat berhubungan dengan pembiasan cahaya. Pada saat cahaya datang dari benda menuju mata cahaya melewati dua medium yang berbeda kerapatannya, disini hukum pembiasan berlaku (lihat Gambar).


Dari gambar diatas terlihat bahwa sinar lurus yang berasal dari dasar kolam 1 (dasar sesungguhnya) dibiaskan oleh permukaan kolam menuju mata, akibatnya mata melihat dasar kolam seolah-olah berada lebih dangkal sebanyak h.

Kalau kita pernah belajar fisika SMP atau MTs, mungkin kita pernah ditanya oleh guru kita, kenapa kita tidak bisa melihat benda di malam hari saat tidak ada lampu atau apapun yang bisa menerangi benda di sekitar kita, padahal mata kita normal dan tidak buta? Mungkin kita yang belum faham tentang keunikan cahaya itu akan menjawab: "kita tidak akan bisa melihat benda itu karena gelap". Jawaban itu benar tapi dalam teori fisika kurang tepat. Kalau jawabannya karena gelap, lantas bagaimana kalau misalkan ada pertanyaan: "kenapa kelelawar justru pada malam hari beraksi sedangkan pada siang hari ia malah tidur/istirahat? bukankah pada malam hari itu gelap?" Inilah sesungguhnya yang perlu kita renungkan bersama bahwa Allah meciptakan segala sesuatu itu pasti ada hikmahnya.

Kalau kita tidak bisa melihat benda pada malam hari, hal itu disebabkan karena disana tidak ada pemantulan cahaya dari benda yang ingin kita lihat tapi pada siang hari mata kita mendapat bantuan pantulan cahaya dari benda yang kita lihat sekalipun kita sesungguhnya tertipu atas apa yang kita lihat itu. Kita tidak melihat obyek benda itu secara langsung melainkan pantulan cahaya dari benda tersebut yang kita lihat.

Dari teori diatas saya mengambil judul "Pemuda Seribu Bayangan" yang mungkin pembaca akan bertanya, apa yang di maksud dengan bayangan tersebut dan bagaimana bayangan itu bisa terbentuk? Disini kita akan membahasnya terlebih dahulu tentang pembentukan bayangan:

1. Bayangan terbentuk karena berkas cahaya mengenai suatu benda yang rata akan dipantulkan secara teratur.
2. Bayangan yang terbentuk ada dua jenis, yaitu bayangan nyata (bayangan yang dapat ditangkap oleh layar) dan bayangan maya (bayangan yang tidak dapat ditangkap oleh layar).

Dari teori diatas saya mengambil kesimpulan bahwa masing-masing kita juga memiliki bayangan (pantulan cahaya yang di bentuk dari cahaya yang dipancarkan dari tubuh kita yang dikenal dengan 'aura'). Pemuda yang yang aktif, kreatif dan cerdas serta sholeh secara personal dan sosial dapat membiasakan cahaya dalam dirinya dengan membentuk seribu bayangan yang dapat ditangkap oleh layar (lahiriyah) maupun dibalik layah (bathiniyah).

Itulah sesungguhnya yang melatar-belakangi judul blog ini. Semoga bisa bermanfaat bagi setiap pembaca sekalian.

"Nurani adalah kapasitas spiritual yang sangat lembut dan tajam. Barang siapa dalam hidupnya selalu mengikuti bisikan nuraninya, dijamin pilihannya tepat dan langkahnya benar. Problemnya, cahaya nurani tidak selamanya optimal terang, terkadang buram, terkadang bahkan mati. Untuk menjaga agar nurani tetap menyala maka harus dilakukan penjagaan dan perawatan. Penjagaan nurani melalui dua cara; Suara Hati, Sabda Insani Islam menyebut bahwa melalui hati inilah manusia menemukan kesadaran ketuhanannya yang nantinya akan mempunyai segi konsekuensial pada kesadaran moral dan sosialnya. Kesadaran yang disebut ketakwaan ini tumbuh dalam hati. Sebaliknya, dosa dan kekafiran juga berkembang dalam hati".
(Wallaahu a'lam...)
(By: Handy AFi 2*)

0 komentar:

Posting Komentar